Sabtu, 06 Juni 2020

Menjadi Peserta Program Teacher Training

Alhamdulillah, setelah melalui perjuangan yang lumayan berat dan persaingan yang ketat, pada tahun 2015 saya lolos seleksi program training guru ke Jepang yang disponsori oleh Kementerian Pendidikan Jepang, Monbukagakusho. Pada tahun yang sama terdapat 17 peserta yang diseleksi dari sekitar 1500an pendaftar dari seluruh Indonesia.

Program ini biasanya mulai digembar-gemborkan Japan Embassy bulan November hingga Januari. Seleksi dilakukan secara bertahap, pertama seleksi dokumen, yang terdiri dari formulir dari Embassy, transkrip dan ijazah yang sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris, rekomendasi atasan dan surat keterangan masih mengajar dari sekolah, juga dalam bahasa Inggris.
Bagi peserta yang lolos seleksi dokumen selanjutnya harus mengikuti ujian tertulis bahasa Inggris, jika score yang didapat cukup baik, maka langkah selanjutnya adalah wawancara di Embassy. Angkatan saya, yang maju ke tahap wawancara 13 orang. Content wawancara sama sekali tidak berat, hanya pertanyaan ringan yang berusaha menggali minat kita kepada Jepang, baik pendidikan dan budayanya, plus tentu saja berusaha mengorek kemandirian kita hidup di negeri asing.

Penjaringan peserta dimulai dari seleksi berkas yang dikirim langsung ke Gedung Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, pengumuman seleksi berkas diberitahukan melalui email. Panitia mengirim nama-nama perserta yang lolos seleksi berkas melalui email setelah beberapa bulan pendaftaran ditutup. Disitu kita bisa melihat siapa saja yang lulus dan berhak mengikuti tahapan selanjutnya yaitu seleksi tes tulis. Setelah itu kita diminta untuk mengkorfirmasi tempat tes tulis yang mau kita ikuti. Kalau tidak salah, panitia menyediakan lima tempat di seluruh Indonesia yaitu di Medan, Jakarta, Surabaya, Bali dan Makassar. Saya memilih di Medan karena itu yang paling dekat dengan wilayah saya, Aceh. Di Medan kami, peserta yang mengikuti tes tulis berjumlah sekitar 42 orang. Beberapa minggu setelah tes, melalui email, kami kembali diberitahu siapa saja yang lulus dan harus mengikuti tes wawancara. Dari 42 peserta yang ikut tes, hanya dua orang yang dinyatakan lulus, dan alhamdulillah saya adalah salah satunya.

Selanjutnya, kami diberitahu bahwa yang lulus harus mengikuti wawancara, dan kali ini tempatnya tidak bisa dipilih, semua harus berangkat ke Jakarta karena wawancara diadakan di gedung edutaan Besar Jepang. Disitu saya bertemu dengan sekitar 38 orang peserta yang akan ikut wawancara. Setelah beberapa waktu, saya terima email tentang peserta yang lolos wawancara. Dari 38 peserta, yang lulus cuma 24 orang. Peserta yang lolos wawancara akan diberi formulir baru untuk diisi ulang dan dilengkapi dengan pilihan 3 universitas. Saya memilih 3 universitas yang sebelumnya sudah saya cek profilnya di buku panduan TT di perpus Embassy, juga surfing internet. Tiga universitas tersebut adalah Hiroshima University, Mie, University, dan Nagoya University. Disamping formulir pilihan universitas, kita juga harus melengkapi lagi dokumen awal mulai dari ijazah, transkrip nilai, surat rekomendasi dari 3 orang termasuk salah satunya adalah atasan kita, proposal penelitian, pas photo, dan juga surat kesehatan dari dokter umum.

Kemudian setelah beberapa bulan, saya kembali menerima email mengenai siapa yang memenuhi syarat untuk berangkat ke Jepang mengikuti Program Teacher Training tersebut. Dari sekian banyak peserta, yang lulus ternyata hanya 17 orang, dan alhamdulillah saya adalah salah satunya. Saya diterima di universitas pilihan pertama saya yaitu di Universitas Hiroshima atau lebih dikenal dengan sebutan Hiroshima Daigaku.



0 comments:

Posting Komentar